Kantor Dindikbud Banten Dikepung Oleh Seniman Banten

SERANG – Lomba puisi di Hardiknas yang dilaksanakan oleh Dinas Pendidikan dan Kebudaya Provinsi Banten kemarin membuat Forum Seniman Banten mengecam dan memberikan kritikan keras terkait dengan insiden pemberian hadiah juara dua yang berisi serbet.

Dalam aksinya para seniman Banten menilai hal itu merupakan bentuk penistaan terhadap karya intelektual dan tidak menghargai sebuah karya yang diciptakan oleh para peserta lomba. Perlombaan pembacaan puisi tingkat umum tersebut  juara ke II dimenangkan oleh Noval Faturhman mahasiswa jurusan Manajemen di Universitas Bina Bangsa.

seorang perwakilan dari Forum Seniman Banten Purwo Rubiona mengatakan, Begitu tahu hadiah yang diberikan panitia berupa dua buah serbet, ia sempat berfikir perbuatan panita merupakan penistaan terhadap karya puisi.

“Dalam hati saya berkata ini adalah penistaan dan ternyata para sastrawan Banten mengecam semua, ini adalah penistaan terhadap puisi, penghinaan kepada sastrawan tidak hanya di Banten dan insiden tersebut menjadi perbincangan publik terutama sastrawan diluar Banten,” ujarnya.

Ia melanjutkan, Forum Seniman Banten mengecam, dan memberikan kritik yang dibacakan puisi di depan kantor Dindikbud Banten.  Pasalnya hadiah tersebut dinilai lucu dan merasa terhina.

“Lomba pembacaan puisi dihadiahi serbet ini mereka juga merasa Lucu, merasa terhina dan termasuk pelecehan,”katanya.

Aksi tersebut, kata dia, untuk menyampaikan kritik dan saran dari para seniman kepada pemprov Banten bagaimana yang pantas memberlakukan para seniman di Banten.

“Ini yang harus di pahami oleh para birokrat atau petugas yang menyelenggarakan event-event kebudayaan, gak asal-asalan tidak boleh menumbulkan penghinaan, maka kita melakukan kritik terhadap peristiwa ini supaya kedepan tidak ada lagi,” ucapnya.

Sekretaris Dindikbud Banten Joko Waluyo mendatangi para seniman. Joko mengklaim kegiatan tersebut awalnya hanya dikhususkan untuk internal Dindikbud. Lalu ada peserta yang daftar sehingga panitia tidak bisa menolaknya dan panitia juga tidak menyediakan hadiah.

“Dari unsur Dindik (perlombaan itu)  hanya untuk kalangan internal, kemudian ada peserta lain, karena antusiasme dan spontanitas dan kami juga tidak menyediakan hadiah sebelumnya sehingga dilevel panitia  kami tak terfikir untuk kepantasan hadiah (berupa serbet) untuk simbok yang kemudian simbok itu dimaknai berbeda,”ungkap Joko.

Pihak panitia, tidak sampai berfikir jika pemberian hadiah berupa serbet akhirnya berbuntut panjang, padahal awalnya panitia hanya bermaksud memberikan simbolis saja. Joko berjanji kejadian tidak terulang kembali di kemudian hari.

“Intinya kejadian ini jadi pelajaran penting bagi kami. Jangan sampai terulang kembali,”katanya.

Joko mengatakan, hadiah berupa serbet hanya spontanitas para panita untuk menyiapkan hadiah kepada peserta.

“Sampai ada serbet kelihatannya spontanitas, kemudian terpikir saat itu, rasanya  ada gini (perlombaan) ko gak dikasih hadiah, sementara hadiahnya belum disiapkan, sehingga seadanya saat itu (serbet)  tak berfikir lebih jauh lagi panita,”pungkasnya. (Ildhan)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *