200 Siswa ADEM Asal Papua dan Papua Barat Belajar di Banten
SERANG | DINAMIKA BANTEN — Sebanyak 200 siswa asal Papua dan Papua Barat peraih beasiswa Afirmasi Pendidikan Menengah (ADEM) mengikuti kegiatan pembelajaran di Provinsi Banten.
Menurut Koordinator Adem Provinsi Banten, Untung Supriyanto, mereka ditempatkan di sejumlah SMA/SMK yang telah ditunjuk dan ditetapkan Pemerintah Pusat melalui Dindikbud Banten Bidang Pendidikan Khusus.
Untung yang juga Kepala SMK Negeri 1 Ciruas ini merinci bahwa 200 siswa berada di tiga angkatan kelas. “Kelas 10 atau pada PPDB tahun ajaran 2022 sebanyak 80 siswa, kelas 11 PPDB 2021 sebanyak 70 siswa dan kelas 12 atau PPDB tahun 2000 sebanyak 50 siswa,” jelasnya, Kamis (11/08) di Serang.
Selain beasiswa Adem, kata Untung, sekolah juga mendapat titipan beasiswa yang disebut Repatriasi. Dimana beasiswa ini diarahkan untuk anak-anak Pekerja Migran atau TKI yang nyaris tak mampu melanjutkan pendidikan. “Jadi mereka diselamatkan melalui beasiswa ini,” katanya.
Untung menuturkan, usai para siswa ADEM ditempatkan pada sekolah yang ditunjuk. Selanjutnya kebutuhan tempat tinggal (asrama) dan kebutuhan sehari-hari siswa akan menjadi tanggung jawab pihak sekolah. “Biasanya sekolah menunjuk beberapa guru atau petugas menjadi pembimbing untuk melakukan pendampingan terhadap mereka,” katanya.
Sebagai Koordinator ADEM yang telah dipercaya sejak tahun 2013, Untung mengaku sudah menjalani berbagai pengalaman baik suka maupun duka dalam menangani peserta didik asal Papua dan Papua Barat ini. “Program Adem sudah saya ikuti sejak tahun 2013. Jadi kita sudah beberapa kali menerima maupun meluluskan. Tentunya banyak cerita dan pengalaman yang telah dilalui,” ucapnya.
Namun dari semua itu, Untung mengenang bahwa ada satu momen yang membuatnya berkesan dan merasa bangga bagi para pendidik asal Banten.
“Jadi pada momen penyambutan siswa ADEM se-Indonesia, seluruh anak-anak ADEM dari Banten secara spontan mereka bersalaman dengan sikap mencium tangan para pejabat di Papua. Kita tahu bahwa salam cium tangan adalah sebuah bentuk penghormatan kepada guru, orang tua maupun kepada mereka yang patut untuk dimuliakan,” kenang Untung.
Usai mereka bersalaman, ternyata pejabat disana menyambut baik serta menyampaikan mengapresiasi. “Mereka menilai ini adalah salah satu contoh konkrit buah dari pendidikan. Dimana ada kebiasaan-kebiasaan baik dari luar Papua yang bisa dibawa dan mungkin saja terus diimplementasikan disini,” kata Untung menirukan pernyataan salah seorang Pejabat Papua. (Adg)